‘CAHAYA SUCI JASMINE’
Angin sore
berhembus dengan kencang. Pepohonan seakan-akan ikut menari karena hempasannya.
Rumput-rumput yang masih disekitarnya pun tak mau kalah menunjukan
kekompakannya, hempasan ke kanan dan ke kiri kian menambah indahnya tarian dan begitulah
seterusnya. Debu-debu kian pasrah saling bertebaran ke semua sudut yang
terimbas dari sentilan angin. Seorang gadis yang sedang duduk di bawah jendela.
Pandangannya tak sedikit pun ingin melewatkan suasana yang telah terjadi di
depan matanya. Ketika ia sedang menikmati lamunannya, tak sadar tangannya
menyenggol sebuah kalender yang berada di atas meja sebelah di mana ia
duduk.
‘ Brukkk ‘ terdengar suara kalender jatuh yang
langsung membuyarkan lamunannya. Diambilnya kalender dengan perlahan yang
terletak di bawah kakinya. Matanya langsung membulat ketika melihat tanggal
yang terlampir pada kalender tersebut. ‘ Benarkah,
hari ini tanggal 15 Februari ? ‘
ucapnya memastikan. Ternyata tertera jelas di dalam kalender itu, ‘Hari : Senin, Tanggal : 15 Februari, Tahun
: 2012’. Dengan tercekat ia menghela nafas panjang seperti tak percaya. ‘huft..iya
benar hari ini adalah tanggal 15 Februari dan kini aku sudah melewati lima
tahun silam, masa lalu yang merupakan mimpi buruk untukku’.
Kemudian ia
alihkan pandangannya lagi keluar jendela. Tanggal itu mengingatkannya ke sebuah
kenangan yang kelam. Tragedi itu yang sudah merenggut semua kebahagiaannya. Ia
merasa dunia ini tak adil, karena penderitaan satu persatu silih berganti
menghampirinya. Di kehidupannya, keluarganya kian menjadi penderitaan yang tak
kunjung habisnya.
***
Dahulu
kehidupannya bahagia, ia hanya anak semata wayang dari orang tuanya. Kedua
orang tuanya terlihat sangat menyayanginya. ‘Jamine Zahra Nurcahya’
itulah nama yang diberikan kedua orang tuanya. Jasmine ketika itu sedang duduk
di sebelah Bundanya yang sedang sibuk merangkai bunga untuk ditempatkan pada
vas bunga di ruang tamu. Jasmine sekilas memandangnya dan dengan rasa penasaran
langsung menanyakan kepada Bundanya.
‘ Bunda, mengapa aku diberi nama Jasmine
Zahra Nurcahya? Apakah nama itu memiliki sebuah arti?. tatapannya dengan rasa
ingin tahu.
‘Lho, kok tumben
kamu menannyakan kepada Bunda. Adakah yang menanyakan itu kepadamu nak?’
pandangannya beralih kepada anak semata wayangnya.
‘iya, Bunda.
Guru Biologi di sekolahku pada saat membacakan daftar hadir menanyakan apa arti
dari namaku, katanya namaku indah. Aku hanya menggeleng ketika ia
menanyakannya, karena sungguh aku tidak mengetahui apa arti dari namaku itu.
Apa sih Bunda arti dari namaku?’
‘(senyum
tipisnya menatap jasmine) sayang, iya benar namamu begitu indah. Bunda dan Ayah
memberikan nama itu untukmu karena memiliki makna yang dalam. Jasmine Zahra
Nurcahya yang berarti bunga melati cantik yang bercahaya. Yang melambangkan
seorang anak perempuan yang cantik, seperti bunga melati yang putih, harum dan
indah dan senantiasa bercahaya menerangi setiap kegelapan untuk orang-orang
yang kamu sayangi’.
‘ Waahhh.. indah
sekali makna dari namaku itu, aku bangga memiliki nama itu. Terima kasih ya
Bunda sudah memberikan nama indah untukku’. Senyumnya kian melebar.
Mereka saling
tersenyum riang dan saling bersenda gurau sampai tak terasa waktu sudah semakin
sore.
Jasmine sungguh
senang mendapat keluarga yang sempurna. Keluarga Jasmine terhitung keluarga
yang harmonis dan bahagia. Ayahnya bekerja di sebuah perusahaan besar di bidang
Textil dengan menjabat sebagai direktur
utama. Sedangkan Bundanya sebagai wanita karir yang membuka sebuah salon wanita
ternama. Meskipun keluarganya terhitung berkecukupan dan orang tuanya terlihat
sibuk dengan pekerjaannya, Ayah dan Bundanya masih meluangkan waktu untuknya.
Jasmine memang anak tunggal dan sering dimanja oleh orang tuanya. Tetapi, ia
terhitung anak yang penurut dan tidak pernah meminta sesuatu hal yang
berlebihan.
***
Benar yang
sering banyak orang katakan. Kita tidak selalu selalu berada di atas ada
kalanya kita merasakan di bawah. Kini pernyataan itu sedang menghampiri
keluarga Jasmine. Ketika ia duduk di kelas 3 SMP, keluarganya menjadi berubah.
Ayahnya sering pulang malam kadang pula sampai tidak pulang, Ayahnya selalu
beralasan karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga
mengharuskannya untuk menginap di kantor. Bundanya tidak percaya begitu saja yang
dikatakan oleh suaminya. Semenjak itu mereka sering sekali ribut dan
bertengkar. Jasmine yang mendengar pertengkaran mereka hanya bisa menangis di
dalam kamar. Hari-hari indahnya kini terasa berubah menjadi hari-hari yang
hampa dan tidak adanya kenyamanan dan ketentraman lagi.
Hari itu,
tepatnya pada tanggal 15 Februari 2007 hari yang takkan dilupakan seumur
hidupnya. Ketika ia baru pulang dari sekolah, dari kejauhan pintu rumahnya
sudah terbuka lebar. Terdengar dari luar suara barang-barang yang pecah. Dengan
langkah yang terburu-buru ia langsung memasuki rumah. Matanya terbelalak
melihat keadaan seisi rumah seperti kapal pecah, semua barang-barang yang
berbahan keramik terlempar kesana-kesini. Pecahan-pecahan berserakan di lantai.
Ternyata orang tuanya sedang bertengkar hebat. Jasmine dalam keadaan bingung,
mengapa terjadi pertengkaran yang amat parah ini. Ia dengan suara beteriak dan
memberanikan diri langsung menanyakan apa yang sedang terjadi dengan mereka.
‘Ayah, Bunda… Apa yang sedang terjadi? Mengapa
kalian bertengkar seperti ini?’ tangisannya tak tertahan.
‘nih, Ayahmu
berselingkuh di depan mata Bunda dengan sekretaris yang murahan itu!’ menampakan
muka geramnya.
‘apa katamu!
Jangan kau katakan itu di depan anakmu. Jasmine cepat masuk ke dalam kamarmu.
Emosinya semakin memuncak.
‘Ayah, Bunda sudah. Aku takut! Sudah
jangan bertengkar lagi’. Air mata masih membasahi pipinya.
‘aku seperti ini
karena kamu sudah menghianati cintaku dan berbagi kepada wanita jalang itu! Aku
sungguh kecewa!’meluapkan segala
kekecewaannya yang meredam di hati.
‘diam kamu !
Jasmine cepat masuk kamarmu. Ini urusan orang tua kamu jangan ikut-ikutan!.
Tangannya menunjukan ke arah kamar Jasmine.
‘tidak mau! Bunda dan Ayah jahat tidak
sedikit pun memperdulikan perasaan Jasmine!’
Seketika itu
Jasmine langsung berlari ke luar rumah sambil menangis dengan tidak
memperdulikan keadaan disekitanya. Ia berlari dan terus berlari sampai akhirnya
tak menyadari bahwa disekelilingnya banyak kendaraan yang hulu-lalang tanpa
henti. Nasib baik sepertinya tidak berpihak kepadanya. Sebuah mobil kijang yang
sedang mengebut kencang langsung menabrak, dan sampai tubuhnya terpental jauh
hingga berlumuran darah di pinggiran jalan. Orang-orang yang melihat Jasmine
pingsan di jalan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Pertolongan
pertama pun segera didapatnya. Ketika Jasmine siuman kedua orang tuanya sudah
berada didepannya. Ketika itu juga dokter mengatakan dengan perlahan dan
hati-hati kepada Jasmine dan orang tuanya, bahwa akibat kecelakaan itu kakinya
menjadi lumpuh dan tidak bisa berjalan normal kembali. Mendengar pernyataan
dari dokter, hati Jasmine seperti tersambar petir yang amat dahsyat getarannya.
Ia sangat terpukul dan putus asa. ‘Aku
lumpuh! Aku tidak berjalan lagi’ air matanya mengalir deras membasahi pipinya
yang sedikit lecet akibat kecelakaan itu. Bundanya langsung memeluk erat
tubuhnya untuk mencoba menenangkannya.
Tiga minggu
kemudian, Jasmine sudah diperbolehkan pulang. Keadaannya sudah membaik hanya
kakinya saja masih tetap kaku. Setelah itu dua orang tuanya membawa Jasmine ke
rumah neneknya. Jasmine akan tinggal bersama neneknya karena kedua orang tuanya
masih mengurus surat perceraian yang akan diselesaikannya. Hati Jasmine sangat
terpukul dan sakit melihat orang tuanya akan bercerai. Sebelumya ini tak pernah
terpikirkannya. Karena dahulu keluarganya begitu harmonis dan bahagia. Ia pun
pasrah dengan keadaan yang ia rasakan sekarang. Kakinya lumpuh dan kedua orang
tuanya berpisah. Begitu berat hari-hari yang dilaluinya. Hanya neneknya saja
yang bisa menghiburnya yang kini membalut kesedihannya. Kedua orang tua Jasmine
memutuskan untuk tinggal di luar kota untuk mengurusi segala pekerjaannya
masing-masing. Sedangkan Jasmine di titipkan ke neneknya. Neneknya begitu
telaten menjaga Jasmine, karena Jasmine hanya cucu satu-satunya dan paling di
sayang oleh neneknya. Dengan keadaan Jasmine yang tidak bisa berjalan, ia tidak
melanjutkan lagi ke sekolah formal seperti dulu. Ia melanjutkan pendidikannya
dengan ‘Home Schooling’ kadang pula ada guru pribadi yang mengajarinya di
rumah. Rutinitas berhari-hari, berbulan-bulan hingga bertahun-tahun yang kelam.
***
Lamunannya
seketika membuyar ketika neneknya menyuruhnya untuk makan malam. Tak terasa
Jasmine duduk di bawah jendela hingga menjelang sore pun sirna berganti malam.
‘Jasmine,
ayo makan malam dulu sini’. Ucap neneknya yang sudah berada di meja makan.
‘iya bentar nek,
nanti jasmine menyusul’. Arah kursi roda langsung diputarnya dan menuju ke meja
makan.
Makan
pun telah selesai dihabiskannya, Jasmine kembali lagi menuju ke kamarnya.
Perlahan badan Jasmine diangkatnya dari kursi roda dan merapatkannya ke samping
kasur, kemudian kedua tangannya menjadi sanggahan yang kuat untuk memindahkan
tubuhnya ke tengah kasur sebagai tempat istirahatnya. Sepertinya malam ini
matanya susah untuk dipejamkan. Rasa kantuk tidak terasa olehnya. Dengan badan
berbaring matanya melihat langit-langit kamar, ia membayangkan kedua orang
tuanya. Jasmine sangat merindukan kedua orang tuanya karena sudah berjalan tiga
tahun ini orang tuanya tidak berkunjung ke rumah neneknya. Tidak memberi kabar
kepada Jasmine. Karena rindu yang sudah tidak tertahan akhirnya ia menulis
sebuah surat untuk kedua orang tuanya dan disegerakan mengirim ke alamat yang
berbeda di mana Ayah dan Bundanya tinggal.
Teruntuk :
Ayah dan Bunda tersayang
Ayah..
Bunda yang selalu di hati Jasmine. Bagaimana kabar kalian disana?, semoga
baik-baik saja ya dan selalu dilindungi Allah SWT. Amin.. Kabar Jasmine di sini
baik-baik juga kok. Jasmine sungguh rindu sekali Ayah dan Bunda, sudah berjalan
tiga tahun ini Ayah dan Bunda tidak berkunjung ke rumah nenek. Dua tahun setelah
kecelakaan itu Ayah dan Bunda masih sering menjenguk jasmine. Tapi jasmine
memakluminya kok pasti Ayah dan Bunda sedang sibuk ya, sampai tak sempat untuk
menjenguk jasmine. Tapi jangan khawatir kok Bunda dan Ayah, di sini jasmine baik-baik
saja.
Ayah.. Bunda
yang selalu di hati Jasmine. Setelah kecelakaan dan perceraian lima tahun yang
lalu sekarang sudah jasmine ikhlaskan, awalnya jasmine sangat kecewa dan
terpukul dengan dua cobaan yang sedang menimpa jasmine secara bersamaan, tetapi
nenek sering menasehati jasmine, kata nenek ini sebuah cobaan dari Allah. Semua
cobaan yang diberikan-Nya tidak akan melebihi kebatasan kemampuan kita.
Buktinya sekarang Jasmine masih bisa tersenyum kepada Ayah dan Bunda. Jasmine
sungguh rindu kepada Ayah dan Bunda, rindu dulu keluarga kita masih bersatu,
harmonis dan bahagia.
Ayah.. Bunda
yang selalu di hati Jasmine. Jasmine masih inget sekali waktu menanyakan arti
nama kepada Bunda, Jasmine Zahra Nurcahya. Ayah dan Bunda memberikan
nama itu untukku karena memiliki makna yang dalam. Jasmine Zahra Nurcahya yang
berarti bunga melati cantik yang bercahaya. Yang melambangkan seorang anak
perempuan yang cantik, seperti bunga melati yang putih, harum dan indah dan
senantiasa bercahaya menerangi setiap kegelapan untuk orang-orang yang aku
sayangi. Jasmine kini ingin menjadi cahaya yang menerangi kegelapan yang sedang
terjadi sekarang. Menebarkan setiap cahaya yang bisa menyatukan kebahagiaan
yang dahulu tertunda.
Ayah.. Bunda yang selalu di hati Jasmine. Jasmine
sayang Bunda dan Jasmine pun sayang Ayah. Jasmine ingin kalian bisa bersatu
lagi.
Lihatlah anakmu ini Ayah, Bunda di sini aku
membutuhkan kasih sayang dan belaian dari kedua orang tua kandungku. Pulanglah
Bunda ..Ayah. Jasmine selalu menunggu kedatangan kalian setiap kali aku
menunggu di balik pintu ruang tamu.
Sekian surat yang Jasmine tulis, semoga Ayah dan
Bunda bisa terketuk hatinya untuk kembali lagi di samping jasmine dan menjadi
keluarga yang utuh kembali.
Salam
rindu dari anakmu:
Jasmine
Zahra Nurcahya.
Tidurnya
kian terlelap, setiap impian dan tebaran cahaya sucinya sebagai penyatuan dari
kisah kebahagiaan yang tertunda.